Blog Archive

Tuesday 25 September 2012

Komoditas Migas dan Nonmigas ASEAN

Komoditi berarti : Sesuatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan, dapat diserahkan secara fisik, dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu dan dapat dipertukarkan dengan produk lainnya dengan jenis yang sama,(gitu ya bro,, mulai faham? ,mari lanjut) yang biasanya dapat dibeli atau dijual oleh investor melalui bursa berjangka Secara lebih umum, suatu produk yang diperdagangkan, termasuk valuta asing, instrumen keuangan dan indeks.

komoditas migas : ya yang berbentuk minyak bumi dan gas...
komoditas nonmigas : yang bukan minyak bumi dan gas atau selain minyak bumi dan gas........

Contoh komoditas migas dan nonmigas di negara asean:

A.Indonesia Sepuluh komoditi ekspor utama Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), produk hasil hutan, elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk sawit, otomotif, alas kaki, udang, kakao dan kopi. Namun, pasar internasional semakin kompetitif sehingga sepuluh komoditas ekpor utama Indonesia terdiversifikasi. Komoditas lainnya, yaitu makanan olahan, perhiasan, ikan dan produk ikan, kerajinan dan rempah-rempah, kulit dan produk kulit, peralatan medis, minyak atsiri, peralatan kantor dan tanaman obat.  Pada tahun 2011, industri menyumbang US$ 122 miliar atau sebesar 60 persen dari total nilai ekspor. Sektor nonmigas lainnya, yaitu pertanian dan pertambangan, masing-masing menyumbang 2,54 persen dan 17,02 persen dari keseluruhan ekspor. Sementara itu ekspor sektor migas hanya mencapai US$ 41 miliar atau sebesar 20,43 persen dari total ekspor. Itu tadi kebanyakan dari non migas,yang migas ya yang di kelola pertamina.... 

B. Brunei Kawasan daratan di Brunei didominasi ketampakan alam dataran rendah dengan sedikit perbukitan di bagian Timurnya. Memiliki sumber daya alam minyak bumi dan gas alam yang sangat besar. Di bidang pertanian, negara ini adalah penghasil kelapa, karet, dan kelapa sawit yang cukup besar. migas: minyak bumi dan gas. nonmigas:kelapa, karet, dan kelapa sawit yang cukup besar.

C. Filipina Komoditas Filipina yang dapat dikembangkan dalam dunia perdagangan internasional adalah berbagai hasil pertanian, seperti serat manila, gula, kopra, buah-buahan, dan berbagai jenis kayu hutan. Selain itu, hasil industri dan pertambangan yang merupakan komoditas ekspor adalah tembaga, emas, perak, keramik, dan bijih besi.

D. Kamboja Minyak dan gas,kayu,batu berharga,besi mentah,manganese,prosphates,hydropower potential  
E. Laos Satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak memiliki wilayah perairan laut. Mempunyai lembah sungai yang subur sehingga banyak menghasilkan tanaman pertanian dan perkebunan, terutama padi, kopi, dan tembakau. Memiliki sumber-sumber tambang mineral, seperti timah, tembaga, emas, dan perak. Wilayahnya didominasi perbukitan dan pegunungan yang tertutup hutan lebat, sehingga menghasilkan kayu sebagai salah satu komoditasnya. Pertanian masih memengaruhi setengah dari pendapatan nasional dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos menerima bantuan dari IMF dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru dalam bidang pemrosesan makanan dan pertambangan, khususnya tembaga dan emas.

F.Malaysia Malaysia diberkati dengan sumber daya alam semisal sektor pertanian, kehutanan, dan pertambangan. Di sektor pertanian, Malaysia adalah salah satu pengekspor terbesar karet alam dan minyak sawit, yang bersama-sama dengan damar dan kayu gelondongan, kakao, lada, nenas, dan tembakau mendominasi pertumbuhan sektor itu. Minyak sawit juga merupakan pembangkit utama perdagangan internasional Malaysia. Salah satu kebun teh di Malaysia. Tentang sumber daya hutan, diketahui bahwa usaha penggelondongan dimulai untuk membuat kontribusi berarti bagi ekonomi Malaysia pada abad ke-19. Kini, ditaksir 59% daratan Malaysia masih berupa hutan. Perluasan industri damar yang cepat, khususnya setelah era 1960-an, telah menghasilkan masalah erosi di hutan-hutan negara ini. Tetapi, dengan adanya komitmen pemerintah untuk melindungi lingkungan dan sistem ekologi, sumber daya hutan dikelola pada landasan yang berkelanjutan, dampak ikutannya adalah menurunnya laju penebangan pohon. Sebagai tambahan, sejumlah wilayah yang substansial diperlakukan sebagai hutan produksi (silvikultur) dan upaya penghutanan kembali terhadap lahan hutan sudah dilakukan. Pemerintah Malaysia merencanakan pengayaan tanah seluas 312,30 kilometer persegi dengan rotan di bawah kondisi hutan alami dan di sela-sela tanaman karet alami sebagai komoditas panen perantara. Untuk terus memperkaya sumber-sumber hutan, spesies damar yang cepat-tumbuh seperti meranti tembaga, merawan dan sesenduk juga ditanam. Pada saat yang sama, penuaian pohon-pohon berharga tinggi seperti jati dan pohon lainnya untuk dijadikan pulp dan kertas juga dianjurkan. Karet, pernah menjadi arus utama ekonomi Malaysia, kini digantikan oleh minyak sawit sebagai komoditas ekspor utama pertanian Malaysia. Timah dan minyak bumi adalah dua sumber daya mineral utama yang menjadi penyokong ekonomi utama Malaysia. Malaysia pernah menjadi penghasil timah terbesar di dunia hingga runtuhnya pasar timah di permulaan tahun 1980-an. Pada abad ke-19 dan ke-20, timah memainkan peran dominan di dalam ekonomi Malaysia. Pada 1972 minyak bumi dan gas alam mengambil alih timah sebagai komoditas utama sektor pemurnian mineral. Sementara itu, kontribusi timah semakin menurun. Penemuan minyak bumi dan gas alam di ladang minyak lepas pantai Sabah, Sarawak, dan Terengganu memiliki sumbangan penting bagi ekonomi Malaysia. Mineral lain menurut tingkat kepentingan dan keberartiannya adalah tembaga, bauksit, besi, dan batu bara bersama-sama dengan mineral industri seperti tanah liat, kaolin, silika, batu gamping, barit, fosfat, dan bebatuan dimensi seperti granit juga blok dan lempengan marmer. Sejumlah emas dengan kadar minimalis juga diproduksi. Pada 2004, seorang menteri di Departemen Perdana Menteri, Mustapa Mohamed, menyatakan bahwa cadangan minyak bumi Malaysia berada pada kisaran 4.84 milyar barel, sedangkan cadangan gas alam bertambah menjadi 89 triliun kaki kubik (2,500 km³). Pada 1 Januari 2007, Petronas melaporkan bahwa cadangan minyak dan gas di Malaysia berkisar pada ekuivalensi 20.18 milyar barel.[70] Pemerintah menaksir bahwa pada laju produksi terkini, Malaysia akan mampu menghasilkan minyak sampai 18 tahun dan gas sampai 35 tahun ke muka. Pada 2004, Malaysia menduduki peringkat ke-24 menurut cadangan minyak dunia dan ke-13 menurut cadangan gas. 56% dari cadangan minyak ada di Semenanjung sedangkan 19% di Malaysia Timur. Tiap-tiap negara bagian memelihara hak untuk menguasai sumber-sumber daya alam di dalam wilayahnya. Tetapi, pemerintah persekutuan menguasai minyak dan gas. Negara bagian yang memiliki minyak dan gas diberi royalti.  

G. Myanmar Hampir 52% wilayahnya masih berupa hutan yang banyak menghasilkan kayu. Di kawasan dataran rendah banyak digunakan sebagai lahan pertanian. Pada masa lalu, Myanmar merupakan negara penghasil beras utama di wilayah Asia Tenggara, namun saat ini seiring dengan kemajuan pertanian di berbagai negara, Myanmar menempati urutan keenam sebagai negara penghasil beras di Asia Tenggara. Komoditas perdagangan Myanmar meliputi kayu (terutama kayu jati), beras, pupuk, dan berbagai barang kerajinan.

 H. Singapura Letak Singapura yang sangat strategis membuat sektor perdagangan dan jasa berkembang sangat cepat, bahkan terbesar di Asia Tenggara. Singapura menyediakan berbagai fasilitas penerbangan dan pelabuhan laut dengan lengkap, sehingga menjadikannya sebagai tempat singgah sementara (transit) kapal-kapal atau pesawat dari berbagai maskapai yang hendak melanjutkan perjalanannya. Kondisi politik dan keamanan yang stabil menjadikan Singapura sebagai tujuan investasi, khususnya bagi negara-negara Barat yang hendak memperluas pasarnya di kawasan Asia. Singapura merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang diakui sebagai anggota NIC’s (New Industrial Countries). Pengelolaan industri sudah mengarah pada pengolahan bahan produksi dengan sistem mekanisasi dan komputerisasi, sehingga sifat industrinya padat modal.

I. Thailand Komoditas ekspor Thailand terdiri atas hasil pertanian dan industri. Berbagai barang komoditas ekspor Thailand, yaitu beras, tepung tapioka, karet, kayu, berbagai jenis ikan laut, tembaga, dan timah. Saat ini, Thailand mulai mengekspor hasil industri elektronik dan otomotif. Memiliki banyak sumber daya barang mentah, seperti hasil-hasil pertanian dan pertambangan.Hasil pertambangan meliputi timah (hasil pertambangan utama), tembaga, minyak dan gas, bijih besi, emas, timbal, dan wolfram. Industri yang dikembangkan masih bersifat industri pengolahan hasil alam, seperti pengolahan beras, pengolahan karet mentah, pemintalan benang, tekstil, semen, dan berbagai produk olahan minyak bumi. Saat ini mulai berkembang industri perakitan komponen elektronika dan otomotif.

J. Vietnam Komoditas ekspor utama Vietnam masih didominasi oleh pertanian, perkebunan, dan hasil tambang yang meliputi beras, karet, kopra, aneka kayu, minyak bumi, dan bijih besi. Sedangkan impor utama adalah bahan bakar, besi, baja, pupuk, obat-obatan, dan bahan kimia. Hasil alam yang melimpah (berupa hasil pertanian dan bahan tambang) merupakan sumber bahan baku proses industri. Sementara itu jumlah penduduk yang besar merupakan sumber tenaga kerja sekaligus calon konsumen dari produk yang dihasilkan. Upah buruh yang relatif murah dan kondisi masyarakat yang dinamis merupakan faktor-faktor yang menarik bagi investor asing untuk menanam modal di Vietnam. Saat ini industri yang berkembang di Vietnam adalah industri pengolahan bahan makanan, penggilingan padi, dan tekstil. Pusat industri utama adalah kota Ho Chi Minh. Di bidang pertanian Vietnam mampu menjadi lumbung beras di Asia Tenggara. Sementara itu hasil perkebunan meliputi tembakau, teh, kopi, dan karet. Sedangkan hasil pertambangan berupa minyak bumi, batubara, dan bijih besi.

 K.Papua Nugini Papua Nugini kaya akan sumber daya alam, tetapi eksploitasinya terkendala oleh rupa buminya yang rumit, tingginya biaya pembangunan infrastruktur, persoalan perundang-undangan yang serius, dan sistem status pertanahan yang membuat upaya pengenalan pemilik tanah untuk tujuan negosiasi perjanjian terhadapnya tetap saja menyisakan masalah. Pertanian memberikan penghidupan yang penting bagi 85% penduduk. Cadangan mineral, meliputi minyak bumi, tembaga, dan emas, menyumbangkan 72% perolehan ekspor. Negara ini juga memiliki industri kopi yang cukup bernilai. Mantan Perdana Menteri Sir Mekere Morauta berupaya untuk meletakkan kembali kesatuan perlembagaan negara, memantapkan mata uang kina, meletakkan kembali kemantapan anggaran nasional, memprivatisasi perusahaan-perusahaan umum yang dirasa cocok, dan memastikan kelestarian perdamaian Bougainville setelah tercapainya perjanjian 1997 yang mengakhiri ketegangan kaum separatis Bougainville. Pemerintah Morauta mencapai kejayaan ketika menarik dukungan internasional, khususnya mendapat dukungan dari IMF dan Bank Dunia demi mengamankan pinjaman bantuan pembangunan. Tantangan yang cukup hebat dihadapi oleh Perdana Menteri Sir Michael Somare, termasuk upaya memperkuat kepercayaan penanam modal, melanjutkan upaya privatisasi aset-aset pemerintah, dan memelihara dukungan dari anggota Parlemen. Pada Maret 2006, Komisi PBB untuk Kebijakan Pembangunan menyeru agar status Papua Nugini sebagai negara berkembang diturunkan menjadi negara terbelakang karena kemandekan sosial dan ekonomi yang mulur.[16] Tetapi, sebuah penilaian yang dilakukan IMF pada penghujung 2008 menemukan bahwa "paduan antara kebijakan moneter dan fiskal yang tepat, dan tingginya harga ekspor barang tambang dunia, telah mendukung mengambangnya pertumbuhan ekonomi dan memantapnya ekonomi makro terbaru Papua Nugini. Pertumbuhan PDB sejati, pada lebih dari 6% pada tahun 2007, berlandasan luas dan diharapkan terus menguat pada 2008

L. Timor Leste sumber daya alam yang dimiliki Timor Leste yang kaya dan terkenal dengan aneka hasil tambangnya seperti Timor Gap. Selain digunakan untuk memperoleh devisa negara dari hasil bumi untuk menunjang pembangunan dan membangun kesejahteraan warganya

terimakasih gan telah membaca,semoga bermanfaat

2 comments:

  1. Pada tahun 2011, industri menyumbang US$ 122 miliar atau sebesar 60 persen dari total nilai ekspor. Sektor nonmigas lainnya, yaitu pertanian dan pertambangan, masing-masing menyumbang 2,54 persen dan 17,02 persen dari keseluruhan ekspor. Sementara itu ekspor sektor migas hanya mencapai US$ 41 miliar atau sebesar 20,43 persen dari total ekspor. bro data ini dapetnya dari mana ya, mohon pencerahannya. trimakasih

    ReplyDelete

free to koment